JawaPos.com – Indonesia tengah berupaya meningkatkan penggunaan sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT). Pemerintah pun telah memiliki peta jalan transisi energi yang tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional. Ditargetkan bauran energi lewat pengembangan EBT mencapai 23 persen pada 2025 dan mencapai 31 persen pada 2020.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, salah satu yang paling mudah dikembangkan adalah penggunaan geothermal. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharapkan dapat mengoptimalkan geothermal di kawasan yang dikelola sendiri. Saat ini, baru 9 persen wilayah geothermal yang berproduksi dengan kapasitas 1.900 mega watt (MW).
Untuk memaksimalkan potensi pengembangan Geothermal, lanjut Pahala, Kementerian BUMN menyiapkan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering/IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Insya Allah, PGE ini targetnya di semester I-2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di bulan Juni mungkin,” ujar Pahala terkait pemanfaatan EBT di Jakarta.
Selain memaksimalkan pembangkit listrik yang sudah ada, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu juga dapat menghasilkan produk hijau, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau. Penggunaan EBT akan dapat meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca nasional. Disini informasi Jasa Konsultan Pendanaan.
Peningkatan penggunaan geothermal juga untuk menekan impor BBM nasional. Sebab, saat ini, konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,2 juta barel per hari. Kebutuhan BBM tersebut sebanyak 40% dipasok dari impor.
Karenanya, untuk menghadirkan energi bersih dalam rangka terciptanya kemandirian energi nasional, dibutuhkan sumber energi lokal terutama EBT seperti geothermal.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Credit: Source link