JawaPos.com – Kini banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga lingkungan. Kampanye mengurangi penggunaan plastik pun gencar dilakukan. Seperti membawa tumbler, sedotan stainless atau bambu, hingga totebag belanja telah diusahakan masyarakat akhir-akhir ini.
Diakui Rara Sekar, penyanyi yang juga pegiat lingkungan ini, mengungkapkan, ternyata telah lama mendalami pengetahuan terkait isu lingkungan dan menekuni gaya hidup berkelanjutan atau sustainable lifestyle. Selain sampah plastik, sebenarnya ada masalah lain yang lebih besar juga. Yakni sampah organik rumah tangga.
Untuk itu, dia bersama suami, mulai mengolah kompos dari sampah rumah tangga. Rara sendiri memang awalnya tidak mudah. Tapi, karena melihat lingkungan sekitar masih ada yang abai dengan sampah, ia pun tergerak untuk melakukannya.
Terlebih dirinya memiliki kebiasaan menanam tanaman sendiri. Sehingga, sangat penting baginya untuk merawat tanah. Salah satunya dengan memanfaatkan kompos yang dibuatnya sendiri.
“Saya paling senang merawat tanah. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang sehat, maka akan menghasilkan nutrisi yang sehat juga,” ujar Rara dalam webinar kampanye Re.juve Cares, Senin (5/10).
Lantas, bagaimana cara Rara membuat kompos dari sampah organik?
Untuk memilah sampah organik, seperti sisa makanan sayur atau buah yang tersisa, biasanya ia menyediakan tempat khusus. Tempat khusus ini biasanya diletakkan Rara di dekat wastafel.
Setelah itu, ungkap Rara, sampah organik yang telah dipilah dimasukkan ke dalam ember. Biasanya takaran sampah yang digunakan untuk membuat kompos adalah 60 persen bagian hijau dan 40 persen bagian brown.
“Hijau itu sisa sayur dan makanan tapi jangan masukan tulang ayam. Jangan hewani, full nabati. Lalu masukan elemen brown misalnya daun kering. Bisa juga kertas yang tidak ada plastiknya atau kardus juga bisa, yang tak ada tinta atau stikernya,” lanjutnya.
Selama prosesnya jangan lupa untuk dibuka dan diaduk sekali-kali. Setelah tiga bulan maka kompos bisa digunakan.
“Sisa tulang ikan bisa di tanam dalam kebun saya, karena itu bagus untuk tanah,” tukas Rara.
Perlu disadari, masalah sampah memang menjadi masalah yang belum terselesaikan. Seakan-akan sampah dari rumah tangga hanya dipindahkan ke tempat lain hingga menjadi gunung.
Berdasarkan data yang dipaparkan Re.juve, roduksi sampah organik harian di Jakarta kadang masih terabaikan. Padahal produksi harian sampah organik di Jakarta bahkan bisa mencapai 60 persen atau lebih tinggi dari sampah nonorganik.
Sebagai produk yang menggunakan buah dan sayuran segar, Re.juve juga tidak menampik, bahwa dalam produksi hariannya ada volume sampah organik yang cukup besar yang dihasilkan. Untuk itulah sejak Februari 2020 yang lalu, Re.juve bekerja sama dengan KOMPIS, untuk mengolah sampah buah dan sayuran sisa produksi menjadi maggot pakan ternak bernilai tinggi.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Credit: Source link