JawaPos.com – Tren Citayam Fashion Week di Dukuh Atas, Sudirman, menjadi viral terinspirasi dari pekan mode dunia. Anak-anak muda yang berasal dari Citayam dan Bojong Gede pinggiran ibukota Jakarta itu bergaya dengan busana mereka dengan melintasi zebra cross. Menurut Kritikus Mode Sonny Muchlison, setiap orang memiliki selera dan gaya dalam berbusana.
Makanya, kata dia, saat anak-anak muda di Citayam Fashion Week bergaya dengan sesuai style mereka, itu adalah sebuah kebebasan dalam berbusana. Baginya, semua pilihan mereka harus diapresiasi. Tak lagi harus memikirkan brand atau harga dalam berbusana, Citayam Fashion Week menjadi bentuk atau sisi lain dari kebebasan berekspresi dalam berbusana.
“Kita apresiasi ya gaya busana mereka. Dengan model apa adanya dari mereka, bisa bergaya itu saya apresiasi,” ungkapnya kepada JawaPos.com, Senin (25/7).
Menurutnya, Citayam Fashion Week tak memikirkan lagi apakah itu barang KW atau tiruan sekadar membeli di Tanah Abang atau pasar lainnya, yang penting adalah bergaya. Ia berharap semua pihak jangan memanfaatkan ajang ini.
“Mau harga berapa, mau KW, enggak pakai dipikirin lagi. Yang penting mereka bisa bergaya. Harus bisa. Mau pakai sepatu Rp 15 ribu, celana Rp 20 ribu, sebisa mungkin mereka pakai dan gaya. Dan itu kita hargai sebagai effort seorang ingin berpenampilan. Berpakaian itu kan hak asasi manusia,” ungkapnya.
Mengapa mereka bergaya bukan di Citayam atau wilayah Depok? Menurut Sonny, anak-anak muda yang berasal dari pinggiran ibukota tentu ingin melihat suasana yang berbeda. Salah satunya adalah latar belakang gedung perkotaan tak hanya sekadar pepohonan. Didukung dengan akses kemudahan dan media sosial, maka ini menjadi viral.
“Ya gak apa-apa. Ini kebebasan berkreasi dan berekspresi. Aksesnya mudah, sebagian ada yang putus sekolah, ya mereka datang karena media sosial. Sesimple itu,” tutupnya.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link