Project Pop pernah mendeklarasikan bahwa “Dangdut is the Music of My Country”. Berkali-kali manggung di ibu kota, Denny Caknan membuktikan hal itu. Jakarta yang melting pot berbagai genre musik pun menjadi “rumah” bagi musik pop dangdut berlirik Jawa.
—
’’STIGMA dangdut di Jawa yang selalu tawuran, ternyata di Jakarta tidak begitu. Yang nonton anak muda, enggak tawuran. Saya jadi paham, ternyata kalau musik dangdut ada di event yang besar, penontonnya tertib ya,’’ kata Denny dalam jumpa pers Ujung-ujungnya Dangdut (UUD) pada Jumat (7/10) pekan lalu.
Lahir dan tumbuh besar di Ngawi, Jawa Timur, pemuda bernama asli Deni Setiawan itu mengenal dangdut sebagai pentas musik yang diwarnai tawuran dan mabuk-mabukan. Karena itu, pengalaman manggung di Jakarta membuat Denny optimistis bahwa dangdut bisa dikemas elegan dan berkelas.
Menggandeng Melanie Subono, Denny akan menggelar festival musik bernapaskan pop dangdut. Rencananya, rangkaian konser UUD itu digelar di beberapa kota di Indonesia. Banyuwangi terpilih sebagai kota pertama yang akan menjadi tuan rumah UUD. Setelah itu, konser bergeser ke Surabaya. ’’Harapan saya sebagai pegiat musik dangdut, dangdut ini bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia,’’ ucap Denny.
Setelah dua kota di Jatim tahun ini, tur UUD akan berlanjut pada 2023 ke beberapa kota lain. Bahkan, Melanie menyebutkan bahwa UUD juga akan dihelat di luar negeri. ’’Untuk mana saja negaranya, tunggu kejutannya,’’ ujarnya.
Populer berkat Didik Prasetyo alias Didi Kempot, musik pop dangdut dengan lirik Jawa kini semakin berkembang. Dan, Denny termasuk yang berhasil stand out dalam ’’perebutan panggung’’ era baru, sepeninggal penyanyi asal Surakarta yang juga dikenal sebagai Lord Didi itu.
’’Kelebihan Denny, dia bisa menciptakan lagu dan juga bisa menyanyi,’’ ungkap Aris Setiawan, etnomusikolog kelahiran Karanganyar, kepada Jawa Pos kemarin (15/10). Dengan menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, Denny punya peluang lebih banyak untuk mencuri perhatian publik. Setidaknya, dia tahu di mana kekuatan melodi atau lirik lagunya sehingga bisa melakukan improvisasi atau highlight di sana.
Jika didengarkan, suara Denny sebenarnya tidak istimewa. Tapi, mengapa banyak yang suka? ’’Warna suaranya memang biasa, tapi kontur melodinya cukup bagus,’’ kata Aris.
Denny adalah musisi yang jeli. Dia juga menguasai ilmu harmoni sehingga mampu bermain-main dengan melodi dan membentuk ruang-ruang musikal. Denny pandai memberikan ornamentasi sehingga lagunya enak didengar. Itulah yang kemudian memikat hati banyak orang.
Aris juga memandang Denny sebagai penyanyi yang rajin bereksperimen. Pengalaman demi pengalaman membuat lelaki yang pernah menjadi penggebuk drum semasa remaja itu kian matang. ’’Menurut saya, dia menemukan formulasi penciptaan musik dangdut mutakhir,’’ tegasnya.
Jika dangdut atau pop biasanya berkutat pada satu tema koplo atau dangdut saja, tidak demikian dengan Denny. Dia bermain-main di pop, dangdut, atau peleburan keduanya. ’’Bisa dititeni di setiap lagu Denny, pasti solo vokal dulu diiringi musik lirih. Ini untuk memperkenalkan liriknya. Setelah itu, baru masuk ke pop. Lalu, ada entakan gendang yang menandakan bahwa lagunya masuk ke dangdut,’’ papar Aris.
Menurut dosen ISI Surakarta itu, kesuksesan Denny tidak terlepas dari kreativitas dan kekompakan DC Music. Karena sering bereksplorasi dan bereksperimen bersama tim musiknya itu, Denny mampu melahirkan musik yang pas dengan selera pasar. Munculnya warna-warna jaipongan, reokan, atau jaranan dalam lagu-lagu Denny benar-benar terukur karena sudah melewati serangkaian eksperimen.
’’Bagi saya, Denny ini sudah post-dangdut. Dia telah melampaui pemahaman bahwa dangdut adalah panggung pertunjukan. Tapi, dangdut adalah musik yang bisa dinikmati dari mana saja, bahkan platform digital,’’ tandas Aris.
—
RESEP BUGAR DENNY CAKNAN
- Mengonsumsi vitamin
- Tidak pernah check sound, diwakili road manager Dhimas Prasetyo
- Jarak tempuh dua lokasi konser antarkota di hari yang berurutan tidak boleh lebih dari tiga jam
- Mengutamakan perjalanan dengan jalur darat
Sumber: Wawancara dengan Aprizal Wahyu Ranupawiro
Editor : Ilham Safutra
Reporter : agf/ren/c18/hep
Credit: Source link