indopos.co.id – Penggunaan bahan bakar minyak dengan research octan number (RON) rendah seperti Premium terbukti menimbulkan polusi dan juga bahaya bagi kesehatan. Polusi udara pun makin parah.
Misal di Jakarta, berdasarkan Penelitian Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) yang dilakukan pada 2019 menyebutkan setiap hari sepeda motor menghasilkan 8.500 ton polutan atau sekitar 44,53 persen dari total polutan semua kendaraan.
Karena itu, pengamat otomotif Anton Fiat mengajak masyarakat untuk menggunakan BBM dengan RON tinggi seperti Pertamax. Pasalnya, BBM RON rendah seperti Premium, akan merusak lingkungan, menambah polusi, juga buruk bagi mesin kendaraan.
Bila kendaraan beralih ke BBM jenis oktan tinggi ini, secara otomatis komponen kendaraan akan berumur panjang. Kemudian, dari sisi tenaga atau power kendaraan lebih terjaga. Manfaat lain, jarak tempuh jadi kian jauh karena pembakaran mesin kendaraan lebih sempurna.
“Selain memberikan kualitas yang terjaga, penggunaan Bahan Bakar Minyak dengan RON 92 akan berdampak mesin yang lebih bagus dan terawat,” ujar Anton Fiat, kepada wartawan ketika disinggung manfaat pemakaian BBM Ron tinggi, Rabu (11/11/2020).
Menurut Anton, menggunakan BBM Ron tinggi juga membuat kualitas mesin lebih terjaga. “Kalau kita lihat penggunaan BBM yang berkualitas maka, di seher tidak menimbulkan bekas seperti kerak,” kata dia.
Selain tidak meninggalkan bekas kerak, BBM dengan kualitas tinggi seperti Pertamax, itu juga membuat performa kendaraan lebih enteng. Ini terjadi, karena ketika pembakaran,kerak-kerak sisa pembakaran tidak ada lagi, tidak seperti Premium, yang meninggalkan bekas di seher seperti berminyak.
Menurutnya BBM yang berkualitas tidak hanya memberikan performa yang lebih baik bagi mesin kendaraan, tapi juga berpengaruh bagi perbaikan lingkungan dengan kadar buang gas emisi yang lebih rendah.
“BBM gasoline dengan Research Octane Number (RON) tinggi maupun gasoil dengan Cetane Number (CN) tinggi menjadikan proses pembakaran di ruang mesin lebih sempurna, jadi kendaraan lebih awet dan bertenaga,” ucapnya.
BBM oktan rendah akan membuat pembakaran di dalam mesin menjadi tidak sempurna. Hal ini terjadi karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar, hanya karena tekanan mesin, bukan percikan api dari busi.
Akibatnya, selain menjadikan mesin mengelitik (knocking), juga membuat banyak BBM terbuang dan menjadi emisi hidrokarbon, karbon monoksida (CO), dan nitrogen dioksida melalui knalpot.
Anton pun setuju masyarakat terus diedukasi didorong menggunakan BBM dengan kualitas tinggi, asalkan harga sesuai dengan kantong. Jika perlu diberikan diskon.
“Setuju, tapi harus dipikirkan mengenai harganya, kalau memang harus menggunakan BBM dengan kualitas bagus, kita bicara harga,” beber dia.
Sementara, pengamat energi Feby Tumiwa meminta pemerintah bisa mengurangi pasokan BBM jenis premium, agar masyarakat bisa beralih ke BBM dengan RON tinggi.
“Batasi kuota premium dan harus sediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah,” kata dia ketika dikonfirmasi.
Misalnya, RON 92 seharga RON 88 atau RON 90. Agar kebijakan BBM lebih optimal, pemerintah bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkan, misalnya standar Euro IV. Demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif.
Salah satu upaya terkait dengan penggunaan Ron diatas 91, pemerintah harus menyediakan bahan bakar dengan harga yang terjangkau.
“Konsumen reaktif terhadap harga. Kalau harga premium dibuat mahal, konsumen akan pindah ke BBM lain yang lebih bersih tapi harganya lebih murah. Kita tahu di premium, kualitas bahan kurang bagus, jadinya kendaraan kerap mondar mandir ke bengkel,” jelas dia. (vit)
Credit: Source link