YOGYA, KRJOGJA.com– Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY kembali menggelar agenda dua tahunan yakni Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2021 bertemakan ‘Borderless Batik atau Batik Tanpa Batas’ mulai April hingga Oktober 2021. Melalui ajang JIBB inilah, batik diharapkan dikenal dunia sebagai warisan budaya yang tetap mampu berperan menjadi penggerak perekonomian masyarakat yang jika dikemas dan dikelola dengan baik maka akan memiliki dampak positif yang luas khususnya bagi kesejahteraan masyarakat baik seniman perajin maupun perekonomian nasional.
Ketua JIBB 2021 Gatot Saptadi mengatakan, JIBB bermula saat DIY ditetapkan sebagai World Batik City (Kota Batik Dunia) oleh Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC) pada 18 Oktober 2014. Predikat membanggakan tersebut mendorong Pemda DIY berupaya mengangkat citra tersebut melalui kegiatan yang membumi dan dapat melibatkan semua elemen masyarakat baik pencinta batik, pengrajin batik, pelaku usaha batik maupun masyarakat umum.
“Kondisi pandemi Covid-19 yang penuh tantangan, justru memberikan kesempatan yang langka untuk menyelenggarakan JIBB menjadi sebuah acara yang tidak hanya digelar dalam waktu satu bulan. Namun menjadi acara yang berkesinambungan dan kontinyu selama satu tahun. Hal ini dapat tercapai dengan mengkolaborasikan penyelenggaraan berbasis online dan offline secara kreatif,” paparnya di Yogyakarta, Kamis (24/6/2021).
Gatot menyampaikan tema yang diusung dalam JIBB 2021 ini mengandung makna seni batik di era modern idealnya dapat berkembang melintasi batasan ruang dan waktu dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman serta teknologi terkini. Secara dasar, seni batik dapat dikembangkan secara fleksibel dalam menyikapi berbagai batasan formal seperti waktu, peralatan, fungsi akhir, motif dan teknik aplikasinya sehingga dapat berkembang lebih luas dengan dinamis namun tetap bijaksana alias tanpa meninggalkan pakem dasarnya.
“Seni batik tidak dapat hanya berhenti pada makna tradisi saja, namun harus mampu melampaui tantangan era Disrupsi maka diharapkan dapat menjangkau kaum millenial yang penuh ide-ide inovatif dan kreatif yang merupakan generasi masa depan. Generasi inilah yang akan menjaga kelestarian dan mampu mengembangkan seni batik dengan sentuhan pembaharuan yang selalu up to date,” jelasnya.
Credit: Source link