JawaPos.com-Kemampuan desainer muda Karina Ayu Ghimas (24) sudah teruji setelah dia berhasil meraih penghargaan di luar negeri untuk kategori ‘Designer of The Year 2018’ dari sekolah fashion internasional Istituto Marangoni Milan, Italia. Dia berhasil mengalahkan 200 mahasiswa lainnya.
Penghargaan yang diterima Karina Ayu Ghimas bertambah. Karyanya yang menggabungkan budaya Indonesia dan western terinspirasi dari gaun berkuda para bangsawan perempuan Eropa abad 19 juga menang perhargaan yang digelar di Istituto Marangoni London yang para pesertanya merupakan pemenang dari tiga cabang kampus Istituto Marangoni, yakni Milan, Paris dan London.
Kemenangan dalam lomba tersebut kemudian menghantarkan Karina mendapat beasiswa S-2 dan dia diberi kebebasan untuk memperdalam ilmu desain di Istituto Marangoni Paris atau di London. Karina ternyata lebih memilih London dan berhasil menyelesaikan studi dengan predikat cumlaude.
Setelah lulus S-2 di London, Karina Ayu Ghimas tidak memilih berkarir di luar negeri. Dia memutuskan berkarya di tanah air ingin mewarnai bumi pertiwi dengan desain-desain rancangannya. Dia bisa dibilang memiliki kemampuan komplit dalam hal terori dan praktik
Untuk mempermudah adanya interaksi dengan klien, Karina memutuskan membuka butik yang diberi nama ‘Karina Ghimas’ di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. “Alasan aku membuka butik supaya bisa berinterkasi secara langsung dengan klien tentang busana yang diinginkan. Misalnya klien mau kebaya yang seperti ini, ini, ini. Nanti aku bisa bantu saranin agar kebaya yang diinginkan bisa perfect sesuai harapannya,” kata Karina dalam keterangan tertulis, Senin (26/9).
Dia memiliki prinsip harus mengutamakan keinginan klien dibandingkan dengan ide dirinya sendiri. Oleh karena itu, diskusi secara intensif sangat diperlukannya. Setelah memahami keinginan klien, baru dia menambahi idenya sesuai dengan kebutuhan supaya hasilnya makin sempurna.
Karina mengatakan, ada juga klien yang kadang tidak tahu apa yang diinginkannya. Jika mendapati kasus seperti ini, dia biasanya memberikan sejumlah referensi yang sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan kliennya. ’’Kalau style aku sendiri pasti ada klasiknya. Kalau kebaya, tetap kebaya klasik, tapi detailnya modern,” kata Karina yang sudah belajar merancang gaun sendiri sejak kelas 3 Sekolah Dasar itu.
Karina mengaku dirinya lebih berfokus pada desain custom made attires atau busana pesanan khusus. Mulai dari wedding dress, pre-wedding, kebaya, hingga baju kurung. ’’Aku sebenarnya sangat fleksibel dalam mendesain kebaya atau busana apa saja sesuai permintaan pelanggan. Karena kepuasan mereka merupakan hal utama,” ucapa dia.
Dalam kesempatan itu, dia sempat mengungkapkan perbedaan wawasan dan ilmu desain antara di Milan dan London dimana dia sempat menimba kuliah di sana. Menurutnya, antara Milan dan London memiliki perbedaan yang cukup mencolok.
’’Kalau di Milan, kita dituntut bisa mendesain gaun yang cantik, indah, bagus dan modern. Sementara di London berbeda karena kita justru dituntut menghasilkan karya-karya yang infovatif sehingga bisa tetap bertahan hingga beberapa tahun ke depan,” jelasnya. (*)
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : Abdul Rahman
Credit: Source link