Kehadiran si bungsu Agil (Niloufer Bahalwan) memberi warna baru di keluarga Abah (Ringgo Agus Rahman). Waktu Emak (Nirina Zubir) jadi lebih banyak dihabiskan untuk mengurus Agil ketimbang kedua kakaknya, Euis (Adhisty Zara) dan Ara (Widuri Puteri), yang dianggap sudah bisa mengurus diri sendiri. Konflik dimulai dari situasi itu.
—
MASALAH finansial tak lagi menghantui keluarga Abah. Saat ini Abah sudah disibukkan dengan pekerjaan barunya di peternakan ayam. Awalnya semua berjalan normal. Kehangatan masih terasa pekat di dalam keluarga kecil itu. Sampai suatu ketika, Euis yang beranjak dewasa mulai merasakan cinta. Euis tak lagi ingin tidur sekamar bareng Ara.
Dia ingin mempunyai privasi, tanpa diganggu adiknya. Dengan berat hati, Ara pun menerima. Ara paham bahwa kakaknya kini sudah punya dunia sendiri. Janji Abah mendekorasi kamar Ara pada hari libur kerjanya tak kunjung direalisasikan.
Kesibukan mereka dengan dunia masing-masing membuat Ara kecewa dan merasa terabaikan. Emak dengan Agil, Abah dengan pekerjaannya, dan Euis dengan dunianya. Kehangatan yang dulu ada seketika lenyap bagi Ara.
Di perjalanan pulang sekolah bersama Ariel (Joshia Frederico), Ara menemukan seekor anak ayam. Ara merasa bahwa anak ayam yang diberi nama Neon itu sedang tersesat dan terpisah dari keluarganya.
Seolah merasakan betul apa yang dirasakan Neon, Ara berupaya menemukan keberadaan keluarga Neon. Awalnya Ara tidak berani berjanji mempertemukan Neon dengan keluarganya. Sebab, Ara tidak ingin Neon merasakan hal yang sama dengan dirinya.
Namun, mengetahui umur Neon tak lama, Ara mengajak Ariel ke Kampung Badak, tempat keluarga Neon berada. Tanpa sepengetahuan Abah dan Emak, termasuk Euis, Ara dan Ariel membawa Neon dengan sepeda menempuh jarak berkilo-kilometer.
Padahal, Emak sudah berpesan kepada Ara untuk menjaga rumah selama Emak dan Agil pergi ke kota. Hilangnya Ara bikin Emak panik dan meminta pertolongan yang lain untuk mencarinya. Euis pun merasa bahwa adiknya itu menyusahkan. Amarah Abah meradang karena Ara tidak mendengarkan ucapan orang tua.
Berlatar belakang masa pandemi, Keluarga Cemara 2 menghadirkan konflik yang lebih kompleks. Namun, sangat relate dengan kehidupan banyak keluarga. Menunjukkan bahwa setiap anggota keluarga memiliki masalah serta tanggung jawab masing-masing.
Misalnya, Abah dan Emak fokus mengurus si bungsu yang memasuki masa golden age. Dan, mengontrol pergaulan si sulung yang mulai beranjak dewasa agar tidak kebablasan. Namun, mereka lupa bahwa ternyata ada anak tengah yang juga membutuhkan perhatian tersendiri.
Sutradara Ismail Basbeth menuturkan, Keluarga Cemara 2 merupakan gabungan antara pengalaman masa kecilnya dan curahan hati Irfan Ramly selaku penulis. Irfan menyebut dirinya tidak pernah mengalami masa kecil seperti Euis, Ara, dan Agil. ’’Dia menulisnya dengan imajinatif, saya yang mengalami. Jadi, kami menggabungkan ini bareng-bareng,’’ kata Ismail.
Credit: Source link