Kenaikan CHT Kontra-produktif Upaya Menyejahterakan Petani

JawaPos.com – Institute for Foods and Agriculture Development Studies (IFADS) menyatakan bahwa kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau seharusnya tidak dilakukan saat situasi petani tembakau tidak sejahtera. Rencana pemerintah untuk menaikkan cukai hasil tembakau dinilai kurang bijaksana saat situasi petani tembakau masih belum makmur.

Chairman IFADS Andi Nuhung menilai, tingkat kesejahteraan petani tembakau masih rendah walaupun tembakau termasuk komoditas yang menjanjikan pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa komoditas lainnya. Namun, karena areal yang kecil dan tidak ada subsidi, petani tembakau akhirnya kerap memperoleh margin yang kecil.

Sementara selama ini kebijakan di bidang pertanian, termasuk tembakau, sering ditujukan untuk mencapai target-target pemerintah, misalnya untuk meningkatkan penerimaan negara. Hal ini tidak sejalan dengan target pemerintah dalam sektor pertanian yakni meningkatkan kesejahteraan petani.

“Tetapi justru kebijakan itu relatif kontra-produktif dengan pembangunan kesejahteraan petani tembakau. Areal bertaninya sudah kecil, biaya inputnya mahal, dan dibebankan pajak atau cukai tinggi lagi, pasti petani akan berteriak,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (9/11).

Dia melihat saat ini pengembangan tembakau nasional agak kendor, sehingga kebutuhan serapan tembakau tidak terpenuhi. Jika serapan rendah akibat kenaikan cukai, industri hasil tembakau pasti akan kesulitan juga karena petani akan menuntut harga tembakau dinaikkan.

“Artinya, cost-nya akan bergeser dari petani ke pabrik,” ujarnya.

Andi Nuhung juga mengatakan bahwa petani tembakau juga sulit untuk beralih ke komoditi lain karena bertani tembakau sudah menjadi bagian budaya turun temurun. Ia menilai pemerintah semestinya mengambil kebijakan dengan menggali pendekatan sosiologis dan budaya.

“Sayangnya ini sering kali tidak diperhitungkan, padahal tidak mudah untuk beralih ke komoditi lain karena petani tersebut sudah menyatu dengan budidaya tembakau, sama seperti petani padi dan petani singkong,” pungkasnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Romys Binekasri


Credit: Source link