JawaPos.com – Narasi tentang radikal, taliban dan intoleran kerap dituduhkan para buzzer kepada Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Narasi yang sengaja didengungkan untuk mendiskreditkan ini muncul kembali, usai adanya 75 orang pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK), dalam rangka alih status menjadi aparatur sipil negara (ASN).
Di tengah kuatnya narasi negatif tersebut menggema, baru-baru ini muncul postingan di media sosial instagram dari seorang pegawai KPK beragama muslim sedang berada di gereja. Ketika dikonfirmasi perihal postingan di media sosial pribadinya, pegawai lembaga antirasuah bernama Tri Artining Putri ini mengungkapkan, jika dirinya sedang mendatangi undangan sahabatnya yang sedang menggelar acara martupol atau lamaran.
“Itu acara Partumpolon sahabat dekatku di kantor (KPK) aku diundang dan aku ingin hadir. Karena itu momen penting di hidupnya dia,” kata wanita yang karib disapa Puput ini kepada JawaPos.com, Sabtu (15/5).
Puput yang namanya termasuk ke dalam 75 pegawai KPK tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK) ini menyatakan, toleransi bukan hanya dinilai oleh selembar kertas. Namun menurutnya, toleransi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Nggak apa-apa dinilai nggak lulus, menurutku toleransi nggak bisa dinilai di atas kertas, tapi dari yang dijalanin sehari-hari aja,” ucap Puput.
Puput menuturkan, bentuk toleransi sudah banyak diterapkan bagi setiap pegawai KPK. Sebagai contohnya, setiap perayaan Natal bagian humas selalu mengadakan acara yang dinamakan pojok Natal.
Editor : Kuswandi
Reporter : Muhammad Ridwan
Credit: Source link