Tujuh tahun lalu, Misellia Ikwan memulai perjalanan sebagai cover artist. Kini, di usia 18 tahun, dia siap memperkenalkan diri lagi sebagai musisi muda. Di karya barunya, Misel siap bercerita banyak hal. Musisi asal Surabaya itu juga berbagi kisah tentang perjalanan bermusiknya yang penuh warna.
—
Jawa Pos (JP): Hai, selamat datang lagi dengan single Diam-Diam. Seperti apa, sih, proses penggarapan lagu keempatmu itu?
Misellia Ikwan (MI): Diam-Diam sebenarnya cukup straightforward. Enggak ada metafora. Kalau dilihat dan disimak untuk kali pertama, mungkin terpikir ’’oke, cerita cewek dan cowok yang diam-diam kagum satu sama lain’’. Idenya ini datang dari aku dan Kak Donne (Maula, produser Misel).
JP: Apa yang berusaha kamu sampaikan lewat lagu itu?
MI: Lucunya, pas lagunya jadi, aku malah teringat kedua bestie aku. Kami bertiga itu chat tiap hari, iya. Telepon tiap hari, iya. Karena dekat banget, malah awkward gitu kan untuk bilang sayang atau terima kasih. Bahkan, ke cici atau mama juga begitu. Aku jadiin lagu ini sebagai media menyampaikan itu ke orang-orang terdekat aku.
JP: Di Diam-Diam, kamu bekerja sama lagi dengan Donne Maula. Apa yang bikin kamu ’’klik’’ dengan Donne?
MI: Aku udah sama Kak Donne di empat project. Awal ketemuannya dari Kak Yura (Yunita) dulu. Nah, dari situlah, aku dikenalin ke Kak Donne yang nulis lagu-lagunya Kak Yura. Hubungan kami waktu itu kayak mentor dan murid. Mereka jadi quality control karya aku, termasuk Akhir Tak Bahagia yang aku kerjain sendiri dan produksinya di Surabaya. Dan akhirnya, di Diam-Diam ini, aku gabung ke Merakit, label Kak Yura.
JP: Kenapa akhirnya kamu memutuskan tergabung di Merakit?
MI: Aku mau karena dapat kebebasan di produksi, dari awal sampai akhir. Pandangan kita pun sama; berkarya to express, not to impress. Kan ada, yang berkarya untuk ngikutin yang lagi tren apa. Sedangkan kita, keresahannya apa nih? Ayo bikin apa, gitu (dari keresahan itu).
JP: Sama dengan musisi selabelmu, kamu juga konsisten berbahasa Indonesia di lagumu. Apakah ada alasan tertentu?
MI: Karena aku baru mulai, aku mau perdengarkan karya aku ke yang paling dekat, ke teman-teman di Indonesia. Di calon album pertama ini, aku ingin karyaku jadi identitas diriku. Aku percaya dan mengamini, lewat album ini, aku bisa menyapa lebih banyak audiens. Jadi, aku bikin lirik Indonesia dulu.
JP: Wah, kapan kira-kira album pertama kamu rilis?
MI: Oh ya, formatnya bakal full album. Sekarang lagi proses produksi. Kalau sesuai timeline sih, semoga rilis tahun ini. Minta doanya ya, semoga lancar.
JP: Bakal ada apa aja di album pertama kamu?
MI: Selain empat single yang kebetulan semuanya lagu cinta, aku punya permintaan khusus ke Kak Donne untuk bikin lagu tentang cerita sehari-hari. Misalnya, karena aku seorang introver, gimana sih, lamanya nge-charge setelah ketemu orang? Aku pengin lagu aku universal, bisa relate dan dinikmati segala umur.
JP: Selama tujuh tahun bermusik, apakah kamu merasa ada perbedaan?
MI: Sempat ada tahap aku ketergantungan sama angka. Aku ngelihat banget fluktuasi views dan likes. Sampai pada akhirnya, aku ketemu orang-orang hebat di label dan belajar dari mereka. Dari mereka, aku belajar, kalau kita bikin karya yang jujur dan sepenuh hati, orang akan merasakan itu. Saat rilis karya, aku enggak expect apa pun dari pendengar. Kalau suka, it’s a bonus for me. Kalau enggak suka, it’s okay. Kita coba pada rilis selanjutnya, semoga orang itu suka.
JP: Kalau dapat kesempatan, pengin kolaborasi sama siapa?
MI: Nggak usah jauh-jauh, sih, Kak Yura. Di Dunia Tipu-Tipu, dia nggak pernah gagal menyentuh orang. Aku pengin juga bisa kayak gitu. Kalau yang paling pengin banget… mungkin bakal diketawain, ya, tapi aku pengin banget kolaborasi sama idola aku di Korea. Ada Woozi SEVENTEEN sama Haechan NCT. (*)
Credit: Source link