JawaPos.com–Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) kembali meluncurkan hasil survei yang bertajuk Pandemi: Persepsi Publik dan Tren Politik Terkini. Hasil survei tersebut merupakan review termin ketiga survei berkala yang telah dilakukan sebelumnya pada Mei.
Survei CISA dimulai sejak 27–31 Agustus, menyasar 1.200 responden di 34 provinsi secara proporsional melalui penarikan sampel menggunakan metode simple random sampling. Hasilnya didapatkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia merasakan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah selama pandemi Covid-19.
”Kinerja Jokowi dan Ma’ruf Amin dianggap belum optimal selama pandemi Covid-19 terutama pada kuartal III ini,” ucap Direktur Eksekutif CISA Herry Mendrofa dalam keterangannya, Sabtu (4/9).
Terdapat 47,17 persen responden yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap Jokowi, 38,58 persen cukup puas, 7,17 persen menyatakan sangat tidak puas, dan hanya 3,91 persen yang sangat puas, serta 3,17 persen responden yang tidak tahu/tidak menjawab.
”Preferensi kebijakan dan program yang diambil pemerintah seperti PPKM yang terus diperpanjang pada saat pandemi ini menjadi salah satu faktor ketidakpuasan masyarakat,” ungkap Herry.
Namun, Herry menyebutkan, publik juga mengapresiasi beberapa menteri dan pejabat negara yang dianggap telah bekerja optimal selama pandemi Covid-19. ”Menteri PUPR mendapatkan 45,83 persen, disusul menteri sosial 29,58 persen, menteri perekonomian 9,92 persen, kemudian menteri kemaritiman dan investasi 8,25 persen dan menteri BUMN 6,42 persen,” sebut Herry.
Sebaliknya publik juga menganggap masih ada menteri atau pejabat negara yang belum bekerja optimal. ”Sebanyak 31,25 persen memilih menteri perdagangan sebagai pembantu presiden yang belum mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja pemerintah disusul menteri tenaga kerja 26,41 persen, menteri perhubungan 23,42 persen, menteri koperasi dan UMKM 14,25 persen, serta kepala staf kepresidenan 4,67 persen,” tutur Herry.
Survei CISA itu dengan margin of error mencapai 2,85 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei juga menyatakan penolakan terhadap wacana penambahan masa jabatan presiden/wakil presiden menjadi 3 (tiga) periode. Di samping alasan konstitusi, kinerja yang belum optimal dianggap menjadi hal yang mendasar mayoritas publik tidak menginginkan wacana tersebut direalisasikan.
”Hal ini terlihat dari 58,25 persen responden menyatakan tidak setuju dengan penambahan periode (masa jabatan) presiden menjadi 3 (tiga) periode. Meskipun demikian, ada 28,83 persen responden menyatakan setuju dengan wacana tersebut. Responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 8,25 persen, tidak tahu/tidak menjawab 2,58 persen, dan sangat tidak setuju terdapat 2,09 persen responden,” kata Herry.
Untuk tren politik terkini terkait elektabilitas tokoh maupun parpol menuju Pemilu 2024 terproyeksikan jika pilpres dan pileg dilakukan saat ini.
”Terdapat 16,92 persen responden memilih Ganjar Pranowo yang membuatnya unggul dari semua kandidat setelah pada periode survei CISA sebelumnya didominasi Anies Baswedan yang harus puas berada di posisi ketiga dan mendapatkan 16,75 persen. Sedangkan posisi kedua Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terus menunjukkan konsistensi kenaikan elektabilitasnya dengan meraup 16,83 persen,” ujar Herry.
Menariknya, lanjut dia, Airlangga Hartarto justru menunjukkan peningkatan signifikan terhadap elektabilitasnya sedangkan Prabowo Subianto mengalami penurunan.
”Prabowo Subianto justru menunjukkan penurunan elektabilitas dari Mei dan hanya mendapatkan 10,08 persen. Sedangkan Airlangga Hartarto justru menunjukkan peningkatan signifikan dan meraih 7,58 persen disusul Ridwan Kamil 5,92 persen, Sandiaga Uno 5,08 persen, Muhaimin Iskandar 5 persen, Puan Maharani 3,67 persen serta yang tidak tahu/tidak menjawab sebanyak 12,17 persen,” terang Herry.
Disisi lain, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga saat ini mendominasi peta elektoral parpol di Indonesia.
”PDIP justru menunjukkan kenaikan elektabilitas sejak survei sebelumnya dan mendapatkan 24,58 persen. Kenaikan elektabilitas juga membuat Partai Demokrat konsisten di peringkat kedua dan meraih 18,75 persen. Hal yang sama juga menguatkan kembali Partai Golkar di posisi ketiga yang meraup 14,25 persen serta Partai Kebangkitan Bangsa yang mendapatkan 10,67 persen,” jelas Herry.
Herry juga menyampaikan bahwa survei yang melakukan wawancara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan antara surveyor dan responden kembali menempatkan Gerindra dan Nasdem tidak berada di posisi lima besar serta adanya penguatan elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang membuat PAN dan PPP tetap berada di posisi terakhir.
”Gerindra mengalami penurunan dan mendapatkan 7,25 persen sedangkan PKS kembali konsisten menguat di angka 9,33 persen serta Nasdem harus puas karena hanya mendapatkan 5,33 persen. Di posisi terakhir, ada PAN yang mendapat 3,75 persen dan PPP sebesar 2,92 persen. Namun masih terdapat 3,17 persen masyarakat yang tidak tahu/tidak menjawab,” papar Herry.
Editor : Latu Ratri Mubyarsah
Reporter : Gunawan Wibisono
Credit: Source link