Terduga Teroris di Mabes Polri Tak Peduli Senjata, Hanya Cari Mati

by

in

JawaPos.com – Pelaku penyerangan teror ke Markas Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (31/3) kemarin, diduga membawa senjata angin mirip airgun. Tetapi terduga pelaku terorisme berinisial ZA itu akhirnya dilumpuhkan oleh aparat.

Pengamat terorisme Ridlwan Habib menyampaikan, pelaku terorisme penyerang Mabes Polri diduga mempunyai motivasi untuk mencari kematian. Meski membawa senjata, hal itu tidak terlalu diutamakan, karena tujuannya ingin mati dengan “mulia”.

’’Ideologi yang mencari kematian, jadi buat dia tidak penting ini adalah senjata asli, senjata rakitan, ada korban atau tidak, karena yang dia cari itu apa? Dia cari mati. Jadi memang pemahaman mereka memang seperti itu,’’ kata Ridlwan dihubungi JawaPos.com, Kamis (1/4).

Pelaku teror penyerang Mabes Polri yang berinisial ZA itu berideologi ISIS. Ridlwan menyebut, penyerang Mabes Polri yang berideologi ISIS itu mempunyai motivasi untuk mati syahid, ideologi tersebut dinilai menyesatkan. ’’Motivasi mereka kan memang mencari kematian yang mulia, ini ideologi sesat, ideologi sesat mereka seperti itu. Jadi bagi kelompok-kelompok seperti ini meledakkan di gereja, menyerang polisi itu adalah sesuatu yang mulia,’’ ujar mantan wartawan Jawa Pos itu.

Terkait masifnya pelaku teror yang dilakukan oleh kelompok perempuan, sambung Ridlwan, mereka yang masuk ke dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) simpatisan ISIS, menganggap perempuan dan laki-laki sama. Dia memandang, perempuan dan laki-laki di jaringan JAD sama-sama sebagai pejuang teror.

’’Jadi bagi mereka sama saja, sama-sama sebagai pejuang, sama-sama sebagai warior. Jadi ini lah bedanya terorisme di era JI (Jamaah Islamiah), kalau di era JI, bom Bali satu misalnya itu mereka melarang keras perempuan untuk ikut, perempuan dan anak-anak. Tetapi yang sekarang (JAD) dibolehkan, bahkan dinilai sama, antara laki-laki dan perempuan itu derajatnya sama,’’ urai pria asal DI Jogjakarta itu.

Editor : Dinarsa Kurniawan

Reporter : Muhammad Ridwan


Credit: Source link