Tiga Jenis Komoditas ini jadi Pendorong Surplus Neraca Dagang Desember

JawaPos.com – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kinerja neraca dagang Desember 2020 Jumat (15/1). Sebagaimana bulan sebelumnya, neraca kembali mencatatkan surplus. Angkanya mencapai USD 2,1 miliar atau setara dengan Rp 29,46 triliun.

Kepala BPS Suhariyanto menuturkan bahwa nilai ekspor Desember mencapai USD 16,54 miliar (sekitar Rp 232,03 triliun). Sementara itu, nilai impor pada bulan yang sama berkisar USD 14,44 miliar (sekitar Rp 202,57 triliun).

“Komoditas yang mendorong surplus adalah lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72),” paparnya dalam jumpa pers virtual Jumat (15/1).

Ekspor Desember 2020 meningkat 8,39 persen dari bulan sebelumnya. Atau, tumbuh sekitar 14,63 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2019.

Sementara itu, impor pada Desember lalu meningkat 14,63 persen dari bulan sebelumnya. Namun, capaian itu turun 0,47 persen ketimbang kinerja Desember 2019.

Menurut Suhariyanto, kinerja perdagangan Indonesia masih bagus. Neraca dagang pun bisa surplus di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, capaian tersebut merupakan yang tertinggi sejak sembilan tahun terakhir.

“Ini tertinggi sejak 2011. Pada 2011, surplus perdagangan kita USD 26,06 miliar,” imbuhnya.

Dari sisi ekspor, kinerja migas dan pertambangan secara tahunan turun. Masing-masing sekitar 29,52 persen dan 20,7 persen. Sementara itu, pertanian dan industri pengolahan naik masing-masing 13,98 persen dan 2,95 persen.

“Kendati ekspor pertanian naik tinggi, share-nya ke ekspor rendah sehingga belum bisa menopang,” kata Suhariyanto.

Sementara itu, nilai impor berdasar penggunaan barang terdiri atas impor barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal. Kinerjanya turun semua. Berturut-turut 10,93 persen, 18,32 persen, dan 16,73 persen.

Suhariyanto menyatakan bahwa kinerja ekspor impor akan tetap bergantung pada keberhasilan vaksinasi Covid-19 di berbagai negara. Termasuk Indonesia. Faktor lain yang juga menentukan keberhasilan ekspor-impor adalah kebijakan pengendalian pandemi dan program kesehatan masyarakat.

“Kuncinya, penanganan kesehatan dan vaksinasi. Apakah Covid-nya bisa terkontrol atau tidak, kuncinya pada penanganan kesehatan,” tegasnya.

Dari Surabaya, Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Dadang Hardiwan menyatakan bahwa kinerja ekspor terus meningkat. Namun, kinerja Desember jika diukur secara year-on-year masih belum menggembirakan. Tercatat, kinerja ekspor Jatim pada Desember tumbuh 3,28 persen. Itu jika dibandingkan dengan capaian Desember 2019.

Namun, jika dibandingkan dengan kinerja November 2020, ekspor-impor Jatim pada Desember lalu naik. Angkanya berkisar 10,58 persen. “Ekspor nonmigas naik 5,97 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sumbangannya mencapai 85,57 persen dari total ekspor bulan ini,” ungkap Dadang kemarin.

Namun, ekspor masih turun secara kumulatif. Pada Januari–Desember 2020, ekspor Jatim turun 5,29 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2019.

Neraca dagang Jatim tercatat defisit sebesar USD 768,65 juta atau setara dengan Rp 10,78 triliun. Defisit itu disumbangkan selisih perdagangan ekspor-impor pada sektor nonmigas dan migas. Nonmigas surplus USD 1,46 miliar (sekitar Rp 20,48 triliun), sedangkan migas defisit USD 2,23 miliar (sekitar Rp 31,28 triliun).

“Jadi, nonmigas masih surplus,” tandasnya.

NERACA DAGANG DESEMBER 2020

Ekspor: USD 16,54 miliar

Impor: USD 14,44 miliar

Surplu: USD 2,1 miliar

KINERJA NERACA DAGANG SEPANJANG 2020

Januari: defisit USD 864,2 juta

Februar: surplus USD 2,51 miliar

Maret: surplus USD 715 juta

April: defisit USD 372 juta

Mei: surplus USD 2,01 miliar

Juni: surplus USD 1,24 miliar

Juli: surplus USD 3,23 miliar

Agustus: surplus USD 2,35 miliar

September: surplus USD 2,39 miliar

Oktober: surplus USD 3,57 miliar

November: surplus USD 2,59 miliar

Desember: surplus USD 2,1 miliar

Sumber: BPS


Credit: Source link