JAKARTA, BALIPOST.com – Risiko gagal bayar utang (default) Amerika Serikat (AS) memberikan dampak positif maupun negatif terhadap Indonesia.
“Memang dampak default AS akan signifikan, dalam pasar finansial utamanya,” kata Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers yang dipantau secara virtual di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (26/5).
Purbaya menjelaskan saat ini AS memiliki rating A+ dari lembaga pemeringkat S&P (Standard & Poor). Ketika suatu negara yang memiliki peringkat A+ mengalami default, maka peringkatnya akan turun.
Kondisi tersebut, kata Purbaya lagi, bisa menjadi celah bagi Indonesia. Indonesia, yang saat ini peringkatnya di bawah AS, bisa mengambil momentum untuk meminta S&P menaikkan peringkat sehingga bisa mendapatkan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah lagi. Skenario itu yang kemungkinan bisa menjadi dampak positif yang diterima oleh Indonesia dari risiko gagal bayar utang AS.
Adapun untuk sisi negatifnya, Purbaya melihat risiko gagal bayar utang AS akan memberikan guncangan di pasar finansial. Meski begitu, kemungkinan dampaknya hanya sedikit atau tidak berlangsung lama. Sebab, sudah banyak negara yang mengurangi eksposur ke dolar AS.
Pada sisi lain, Purbaya menduga AS bisa mencari alternatif secara politis dalam waktu singkat bila pada akhirnya mereka mengalami gagal bayar utang. Terlebih, tahun depan AS akan menggelar pemilihan umum (pemilu), sehingga bisa diduga pemerintah akan berhati-hati dalam upaya mengantisipasi risiko gagal bayar utang.
Purbaya menambahkan, bila mengikuti asumsi seperti itu untuk sektor riil, maka dampak ke perekonomian Indonesia juga akan relatif terbatas. “Kalau ada pemain bonds, harganya jatuh, nanti juga akan naik lagi. Dari sektor riil, dengan asumsi seperti itu, maka dampaknya akan relatif terbatas, termasuk ke ekonomi kita,” ujar Purbaya. (Kmb/Balipost)
Credit: Source link